Tiga Kelas Manusia





Manusia badan akan dihormati oleh manusia badan, manusia pemikiran akan dihormati oleh manusia pemikiran, serta manusia spiritual akan dihormati oleh manusia spiritual.

Karena itu jangan resah, bila engkau untuk manusia pemikiran tidak mendapatkan penghormatan secuilpun dari manusia badan, atau engkau untuk manusia spiritual tidak mendapatkan penghormatan seharusnya dari manusia pemikiran, atau sebaliknya engkau untuk manusia badan tetap dilihat dangkal oleh manusia pemikiran dan dilihat dengan mata kasihan oleh manusia spiritual.

Semua ada kelasnya semasing, yaitu kelas kesadaran.

Walau kecondongan manusia akan 3 tipikal kelas ini tidak saklek, minimal saya masih yakin bila beberapa manusia tidak dapat bukan untuk ada di bawah bayang-bayang 3 kelas kesadaran ini.

Bicara mengenai manusia, apa saja analisis beberapa psikolog, sosiolog, periset, mahzab filsafat apa saja, bahkan agamawan apa saja, pada substansinya sama serta cuma mengulas mengenai 3 ini.

1. Manusia badan, adalah semacam manusia yang kesadarannya cuma bertopang pada badan, bentuk, materi. Apakah yang tetap jadi fokus utama kebanggaan serta kebahagiannya cuma terdapat pada beberapa hal bendawi serta inderawi, seperti kendaraan eksklusif, rumah istimewa, baju yang wah, makanan yang berprestise, penampilan muka yang menarik, bodi yang seksi.

Kesadaran mereka cuma stop pada beberapa hal seperti itu. Mereka benar-benar miskin pengalaman dalam mencicip kesenangan cendekiawan/pemikiran ditambah lagi kesenangan spiritual. Dalam narasi pewayangan, figur manusia semacam ini ialah deskripsi dari "Buto", makhluk berkesadaran terendah.

2. Manusia pemikiran, adalah semacam manusia yang demikian gemar dalam belajar serta olah cendekiawan. Apa sebagai prioritas kebanggan serta kebahagiannya ialah belajar, belajar, serta belajar. Pemikiran mereka tetap merisaukan akan beberapa hal yang belum mereka kenali.

Berambisi serta tidak sempat senang ialah kepribadian fundamen mereka. Membaca, menulis, cari musuh untuk berdiskusi ialah ibadahnya. Mereka anggap dengan kesibukan seperti itu telah capai maqom pencerahan paling akhir, mengakibatkan mereka jadi tidak paham menahu akan pengalaman spiritual yang di atas segalanya. Logika mereka demikian hijau serta fresh, tetapi bagian rohani mereka masih kering.

Dalam narasi pewayangan, figur dengan kesadaran semacam ini ialah deskripsi dari "Kesatrio', makhluk yang telah mencicip kemewahan intelektualitas tetapi masih primitif dalam olah rohani, sebab masih kuat diliputi oleh kobaran tekad serta perselisihan.

3. Manusia spiritual, ialah manusia dalam pucuk piramida kesadaran, manusia semacam ini ialah manusia yang telah usai akan dianya, usai akan penelusurannya, usai akan keinginannya, usai akan kerakusannya, usai akan egonya, usai akan tekadnya, usai akan kegelisahannya.

Batinnya telah tiba pada irama yang betul-betul konstan. Prioritas kebanggaan serta kebahagiannya telah "manjing" di batinnya sendiri.

Tidak ada yang dikejar, tidak lagi ada yang dicari, semua pengetahuan serta pengalaman telah mereka cicip.

Tidak lagi ada rasa ingin tahu ditambah lagi rasa ingin berkompetisi.

Mereka sekedar hanya jadi ''sang penyaksi" dalam alam jagad raya ini.

Dalam narasi pewayangan, figur semacam ini ialah deskripsi dari "Semar" tersebut, si pemomong serta penuntun rohani manusia.

Di Indonesia ini, lihat manusia badan serta menusia pemikiran, sangat jelas serta bertumpukan benar-benar banyak, tetapi untuk cari serta dapat mendapatkan manusia spiritual yang disebut deskripsi dari Semar yang sebenarnya, benar-benar betul-betul berasa asing serta langka.

Dalam penilaian saya yang terbatas, tokoh nasional kita yang disebut manusia spiritual sekelas semar, yang bukan rohaniawan kelas teri, baru saya jumpai mengejawantah dalam figur Gus Dur serta Mbah Sujiwo Tejo.

Lihat demikian njomplangnya di antara jumlah manusia badan, manusia pemikiran versus manusia spiritual, saya jadi cukup tidaklah heran mengapa dinamika sosial serta perpolitikan di Indonesia ini tetap nampak demikian semrawut serta kalut.

Walau sebenarnya ini negeri yang demikian indah dengan macam arus pluralitas yang semarak.

----------

Ngawi, 14092020


 

Postingan populer dari blog ini

Healthy Lifestyle

the world’s tallest steel-timber hotel to be built at Victoria Square

the same regardless of the architecture